Kebangkitan “Katolik MAGA” di AS : Tujuan mereka kini mengarah ke Vatikan

Kebangkitan "Katolik MAGA" di AS : Tujuan mereka kini mengarah ke Vatikan

Fenomena “Katolik MAGA” di Amerika Serikat semakin mendapatkan momentum signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Gerakan yang menggabungkan konservatisme religius dengan politik sayap kanan ini kini memfokuskan perhatiannya ke Vatikan, terutama setelah masa pontifikat Paus Fransiskus yang dianggap terlalu liberal oleh kelompok ini.

Kebangkitan kelompok Katolik konservatif Amerika

Gerakan “Katolik MAGA” merupakan sekumpulan umat Katolik Amerika yang memadukan nilai-nilai konservatif teologis dengan pandangan politik sayap kanan. Sejak awal kepemimpinan Paus Fransiskus pada 2013, gerakan ini semakin vokal dalam mengkritik arah gereja yang mereka anggap “terlalu kiri”.

Pengaruh kelompok ini tidak bisa diremehkan meskipun secara jumlah mereka minoritas. Profesor studi agama di Universitas Villanova, Massimo Faggioli, menegaskan bahwa kelompok Katolik konservatif Amerika memiliki pengaruh dan kekayaan luar biasa yang dibutuhkan Vatikan. “Vatikan membutuhkan uang dan pengaruh Amerika,” ujarnya.

Pada Maret 2024, organisasi bernama Catholics For Catholics bahkan menggelar acara doa di Mar-a-Lago untuk kedua kalinya, yang menunjukkan hubungan erat antara konservatisme Katolik dengan politik sayap kanan Donald Trump.

Beberapa tokoh utama dalam gerakan ini antara lain:

  • Steve Bannon, mantan penasihat Trump dan pengkritik keras Paus Fransiskus
  • Raymond Burke, kardinal konservatif yang sering disebut sebagai calon paus
  • John Yep, pendiri Catholics For Catholics
  • Uskup Joseph Strickland, yang dicopot jabatannya pada 2023 karena kritiknya terhadap Paus Fransiskus

Perpecahan visi antara Vatikan dan Katolik MAGA

Para Katolik konservatif telah terbiasa dengan pontifikat Paus Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI selama 35 tahun, yang mereka anggap lebih selaras dengan nilai-nilai konservatif. Kepemimpinan Paus Fransiskus dirasa sebagai pergeseran drastis dari tradisi tersebut, memicu ketidakpuasan di kalangan konservatif.

Ketika ditanya tentang keberadaan pria gay di Vatikan pada 2013, Paus Fransiskus terkenal menjawab: “Siapa saya untuk menghakimi?” Pernyataan ini memicu kemarahan di kalangan konservatif. Bannon dengan sinis mengomentari, “Kau adalah Paus, itu pekerjaanmu. Kau seharusnya menghakimi.”

Beberapa isu kunci yang menjadi sumber konflik antara Vatikan dan kelompok Katolik MAGA:

Isu Posisi Paus Fransiskus Posisi Katolik MAGA
Imigrasi Mendukung penerimaan dan integrasi imigran Menentang imigrasi massal, mendukung kontrol perbatasan ketat
Seksualitas Pendekatan lebih inklusif (“Siapa saya untuk menghakimi?”) Menegakkan doktrin tradisional tentang seksualitas dan pernikahan
Misa Latin Membatasi penggunaan misa tradisional Latin Mempromosikan dan mempertahankan misa Latin tradisional
Hubungan dengan China Membangun hubungan diplomatik dengan pemerintah China Mengecam kesepakatan dengan pemerintah komunis China

Kebangkitan

Dinamika pemilihan paus berikutnya

Saat konklaf kardinal untuk memilih penerus Paus Fransiskus dimulai, fraksi-fraksi Katolik yang bertentangan akan berusaha memengaruhi masa depan gereja. Meskipun tidak secara resmi disebut “pelobian”, berbagai pihak akan melakukan pertemuan dengan para kardinal dan uskup untuk menciptakan lingkungan yang mereka inginkan.

George Weigel, penulis Katolik neokonservatif, berpendapat bahwa bagian-bagian gereja AS yang paling hidup dan bersemangat justru adalah yang merangkul Katolisisme model Paus Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI, bukan pendukung Fransiskus.

Data terbaru menunjukkan tren menarik: para imam muda Amerika rata-rata lebih konservatif daripada rekan senior mereka. Misa Latin populer di mana pun ditawarkan. Dan beberapa tahun terakhir menyaksikan kejutan berupa masuknya anak muda dewasa yang kembali atau baru memeluk Katolisisme, banyak di antaranya mencari kepastian moral.

Apakah perpecahan besar (skisma) mungkin terjadi? Faggioli berpendapat bahwa “dalam beberapa hal, gereja ini sudah dalam situasi skisma lunak.” Namun, ia tidak melihat kemungkinan skisma penuh karena “tujuan sebenarnya dari suara-suara neo-tradisionalis bukanlah memisahkan diri dan membuat gereja kecil sendiri, melainkan memenangkan kembali seluruh gereja Katolik.”

Bagi kelompok Katolik MAGA, pemilihan paus berikutnya menjadi kesempatan terakhir untuk mencoba mengatur ulang gereja sesuai dengan visi mereka. Meski sebagian besar kardinal pemilih diangkat oleh Fransiskus, pengaruh dan sumber daya finansial dari kelompok konservatif Amerika tidak bisa diabaikan dalam perhelatan penting ini.

Agung
Scroll to Top