Paus Leo XIV baru-baru ini menunjukkan perhatiannya terhadap umat Katolik di Tiongkok dalam pidato pertamanya yang menyentuh isu kompleks ini. Berbicara dari jendela Istana Apostolik Vatikan pada hari Minggu, Paus Leo XIV mengingat Hari Doa Sedunia untuk Gereja di Tiongkok yang jatuh setiap tanggal 24 Mei. Perayaan ini awalnya diinisiasi oleh Paus Benediktus XVI sebagai upaya untuk mempersatukan sekitar 12 juta umat Katolik di Tiongkok.
Tantangan hubungan Vatikan-Tiongkok dalam era Paus Leo
Hubungan antara Vatikan dan Tiongkok telah menjadi isu sensitif selama beberapa dekade. Sejak komunis berkuasa di Tiongkok, hubungan diplomatik resmi dengan Tahta Suci terputus. Paus Leo XIV kini menghadapi tantangan besar dalam menangani hubungan ini, yang sebelumnya ditandai dengan ketegangan seputar hak untuk menunjuk uskup.
Pada tahun 2018, Paus Fransiskus membuat terobosan penting dengan menyetujui kesepakatan dengan Beijing mengenai penunjukan uskup Katolik di Tiongkok. Kesepakatan ini bertujuan untuk:
- Menyatukan umat Katolik Tiongkok yang terpecah
- Mengatur status tujuh uskup yang belum diakui Roma
- Mencairkan ketegangan hubungan antara Tiongkok dan Vatikan
- Melindungi kepentingan spiritual umat Katolik di Tiongkok
Meski demikian, kesepakatan tersebut menuai kritik keras, terutama dari kalangan konservatif Katolik. Para kritikus menganggap bahwa kesepakatan ini merupakan bentuk penyerahan terhadap tuntutan Beijing dan mengabaikan umat Katolik bawah tanah di Tiongkok yang tetap setia pada Roma meski mengalami penganiayaan.
Dilema perpecahan umat Katolik Tiongkok
Umat Katolik di Tiongkok telah lama terbagi menjadi dua kelompok. Di satu sisi ada gereja resmi yang dikendalikan negara yang tidak mengakui otoritas kepausan, dan di sisi lain ada gereja bawah tanah yang tetap setia kepada Roma meski menghadapi berbagai penganiayaan selama puluhan tahun.
Paus Benediktus XVI, yang memimpin gereja dari tahun 2005 hingga 2013, mendirikan perayaan doa ini sebagai bagian dari upayanya untuk menyatukan umat Katolik Tiongkok. Paus Leo XIV melanjutkan tradisi ini dengan menyatakan, “Di gereja-gereja dan tempat suci di Tiongkok dan seluruh dunia, doa-doa dipanjatkan kepada Tuhan sebagai tanda kepedulian dan kasih sayang bagi umat Katolik Tiongkok dan persekutuan mereka dengan gereja universal.”
Tahun | Peristiwa Penting |
---|---|
2005-2013 | Paus Benediktus XVI mendirikan Hari Doa untuk Gereja di Tiongkok |
2018 | Kesepakatan Vatikan-Tiongkok tentang penunjukan uskup |
2025 | Paus Leo XIV pertama kali menyinggung isu Katolik Tiongkok |
Masa depan perjanjian Vatikan-Tiongkok
Salah satu keputusan krusial yang harus diambil Paus Leo XIV adalah apakah akan memperpanjang kesepakatan 2018 dengan Beijing. Kesepakatan ini telah diperpanjang secara berkala sejak pertama kali ditandatangani, namun ada beberapa pelanggaran yang terjadi dari pihak Beijing.
Beberapa pengangkatan uskup dilakukan secara sepihak tanpa persetujuan Paus. Masalah ini mencapai puncaknya tepat sebelum konklaf yang memilih Leo, ketika gereja Tiongkok melanjutkan pemilihan pendahuluan dua uskup, sebuah langkah yang dilakukan sebelum pentahbisan resmi.
Paus Leo berharap doa-doa untuk umat Katolik Tiongkok “memperoleh bagi mereka dan bagi kita rahmat untuk menjadi saksi Injil yang kuat dan penuh sukacita, bahkan di tengah cobaan, untuk senantiasa memajukan perdamaian dan keharmonisan.”
Vatikan telah bekerja selama bertahun-tahun untuk memperbaiki hubungan dengan Tiongkok yang secara resmi terputus lebih dari tujuh dekade lalu. Tantangan utama dalam hubungan ini adalah ketegangan antara klaim Tiongkok atas hak eksklusif untuk menunjuk uskup sebagai masalah kedaulatan nasional, sementara Vatikan bersikeras pada hak eksklusif Paus untuk menunjuk para penerus Rasul.