Pada bulan Maret 2013, Paus Fransiskus pertama kali muncul di balkon Basilika Santo Petrus dengan permohonan sederhana: “Doakan saya.” Dua belas tahun kemudian, umat Katolik di seluruh dunia menyambut seruan tersebut, terutama setelah kondisi kesehatan Paus yang memburuk akibat infeksi paru-paru serius. Permohonan doa ini telah menjadi ciri khas kepemimpinan spiritual Paus Fransiskus selama lebih dari satu dekade.
Kekuatan doa dalam penyatuan umat Katolik global
Seruan “doakan saya” dari Paus Fransiskus bukanlah sekadar ungkapan sederhana, melainkan mencerminkan kerendahan hati dan keyakinan beliau bahwa tindakan devosi sederhana dapat menyatukan Gereja Katolik. Uskup Agung Fortunatus Nwachukwu, sekretaris kantor Vatikan untuk evangelisasi, menjelaskan bahwa permohonan doa Paus merupakan ungkapan kerendahan hati, menunjukkan bahwa beliau, seperti orang lain, membutuhkan doa dan pertolongan Tuhan.
“Pada saat ini, bahkan orang-orang dari berbagai kecenderungan ideologis atau teologis, doa menyatukan mereka,” kata Uskup Agung Nwachukwu. Kebersamaan dalam doa ini sesuai dengan ajaran Yesus yang menegaskan bahwa Tuhan hadir di mana dua atau tiga orang berkumpul untuk berdoa.
Setiap malam, para kardinal Vatikan memimpin doa rosario untuk kesembuhan Paus. Paroki-paroki di seluruh dunia, mulai dari Argentina (tanah kelahiran Paus) hingga negara-negara terpencil yang pernah dikunjungi beliau, mengadakan sesi doa khusus. Bahkan para prelat yang pernah berseberangan dengan visi Paus Fransiskus turut mendoakan kesembuhannya, menunjukkan bahwa doa mampu melampaui perbedaan ideologis dalam Gereja.
Ini mirip dengan momen historis ketika Paus Fransiskus menyerukan gencatan senjata segera di seluruh konflik Timur Tengah, yang juga menyatukan umat Katolik dalam semangat perdamaian dan persatuan melalui doa.
Sejarah dan bentuk doa dalam tradisi Katolik
Doa telah menjadi darah kehidupan iman dan mata uang antara dunia duniawi dan spiritual sejak zaman kuno. Dalam sejarah Gereja Katolik, doa telah mengalami evolusi sepanjang abad, baik dalam bentuk maupun praktiknya. Carol Zaleski, penulis buku “Prayer: A History” bersama suaminya Philip Zaleski, mengungkapkan bahwa tanda-tanda doa manusia telah ada sejak lukisan gua prasejarah.
Lex orandi, lex credendi — rumusan Kristen awal yang berarti doa dan keyakinan adalah satu dan sama — menunjukkan betapa pentingnya doa dalam tradisi Katolik. Sejarah mencatat berbagai bentuk doa yang berkembang:
- Rahib-rahib pertapa di Mesir yang berdoa dengan sungguh-sungguh untuk bertahan dari kelaparan
- Biara-biara Abad Pertengahan yang menjadi “laboratorium doa”
- Rosario yang diberikan oleh Bunda Maria kepada St. Dominikus (abad ke-12)
- Doa bersama yang dipimpin Paus Pius V sebelum Pertempuran Lepanto (1571)
Jenis Doa | Karakteristik | Contoh dalam Tradisi Katolik |
---|---|---|
Permohonan | Meminta bantuan atau kebutuhan | Doa untuk kesembuhan Paus Fransiskus |
Pengagungan | Memuji dan memuja Tuhan | Te Deum (Dikau, Allah, Kami Puji) |
Doa Hening | Kontemplasi dalam keheningan | Meditasi Ignatian |
Doa Liturgis | Formal dan mengikuti struktur | Perayaan Ekaristi |
Dampak permintaan doa Paus Fransiskus pada masa pandemi dan sakit
Tahun 2020, saat kematian akibat Covid-19 meningkat, Paus Fransiskus berdiri sendirian di antara salib kayu (yang pernah digunakan untuk menangkal wabah abad ke-16) dan alun-alun Basilika Santo Petrus yang kosong. Beliau menawarkan doa yang menyentuh untuk penyembuhan dunia. Kini, giliran dunia yang bersatu dalam doa untuk kesembuhan sang Paus.
Pada Februari 2025, saat Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit akibat infeksi paru-paru yang mengancam jiwa, permohonan “doakan saya” menjadi lebih mendesak dari sebelumnya. Meski Vatikan melaporkan adanya “sedikit perbaikan” pada kondisi Paus, kesehatannya tetap menjadi perhatian utama seluruh umat Katolik.
Minggu lalu, dengan suara lemah, Paus berkata, “Saya berterima kasih dari lubuk hati atas doa-doa Anda untuk kesehatan saya dari alun-alun. Saya menemani Anda dari sini.” Dalam beberapa hari terakhir, beliau mengamati dan berpartisipasi melalui tautan video dalam latihan spiritual di Vatikan.
Bagi umat awam seperti Vincenza De Simone (69) dari Napoli, Italia, yang berdiri di Alun-alun Santo Petrus sambil mengucapkan Doa Salam Maria, ini adalah “momen bersejarah” dan penyakit Paus menjadi motivasi tambahan bagi umat Katolik di seluruh dunia untuk mendoakannya.
Seperti dikatakan Pastor Carlo Seno (90 tahun): “Tuhan dapat campur tangan dengan cara yang berbeda dari apa yang kita harapkan.” Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa nilai doa terletak pada penyerahan diri kepada kehendak Tuhan, bukan semata-mata pada hasil yang kita inginkan.