Bagaimana Jimmy Swaggart mengubah wajah Kekristenan Amerika

Bagaimana Jimmy Swaggart mengubah wajah Kekristenan Amerika

Jimmy Swaggart menorehkan nama besarnya dalam sejarah Kekristenan Amerika sebagai seorang pengkhotbah televisi yang berpengaruh. Lahir di pedesaan Louisiana, sepupu dari bintang rock Jerry Lee Lewis dan penyanyi country Mickey Gilley ini telah mengubah wajah kepercayaan Kristen di Amerika dengan cara yang tidak terduga.

Kebangkitan sang pengkhotbah televisi

Tumbuh dalam tradisi Assemblies of God, Swaggart mengalami pertobatan pribadi di usia 8 tahun. Bakatnya sebagai pianis otodidak dan pengkhotbah muda membawanya berkeliling bersama istrinya, Frances, untuk berkhotbah di gereja-gereja pedesaan.

Pada tahun 1971, Swaggart meluncurkan program televisi mingguan pertamanya, The Jimmy Swaggart Telecast. Program 30 menit yang menggabungkan khotbah dan musik ini awalnya hanya disiarkan di beberapa stasiun regional. Namun, dalam beberapa tahun, acara ini meluas secara nasional, dibantu oleh deregulasi penyiaran religius dan minat yang berkembang untuk suara-suara Karismatik di rumah-rumah Amerika.

Pada awal 1980-an, khotbah televisi Swaggart telah menjangkau jutaan orang secara internasional. Pelayanannya diperkirakan menghasilkan lebih dari $140 juta per tahun, menjadikannya salah satu tokoh Pentakosta paling berpengaruh di Amerika. Ia bahkan membantu ekspresi Karismatik iman Kristen bergabung dengan arus utama agama Amerika setelah dekade-dekade berada di pinggiran.

Berbeda dengan rekan-rekan sezamannya seperti Jerry Falwell yang secara eksplisit menghubungkan teologi konservatif dengan aktivisme politik, Swaggart memfokuskan diri pada moralitas pribadi dan pembaruan spiritual individu. Hal ini menjadi strategi cerdas untuk mencegah audiensnya dibatasi oleh orientasi politik.

Tahun Pencapaian Jimmy Swaggart
1971 Peluncuran The Jimmy Swaggart Telecast
1980-an Mencapai puncak popularitas dengan jangkauan internasional
1987-1988 Skandal pertama dengan pengakuan publik
1991 Skandal kedua yang mengakibatkan penurunan pengaruh

Kemerosotan moral dan dampak kulturalnya

Kehidupan Swaggart berubah drastis pada tahun 1988 ketika skandal seksualnya terungkap. Seorang yang pernah mengecam keras Marvin Gorman atas perselingkuhan, Swaggart sendiri tertangkap basah dengan seorang pekerja seks di sebuah motel di New Orleans.

Pada 21 Februari 1988, dengan suara bergetar dan wajah basah oleh air mata, di hadapan 7.000 jemaat di Family Worship Center dan jutaan pemirsa televisi, ia mengakui dosanya dengan kata-kata terkenal “I have sinned”. Pengakuan ini menjadi titik balik dalam sejarah televangelist Amerika.

Konsekuensi dari skandal ini sangat cepat dan menghancurkan. Swaggart ditangguhkan oleh Assemblies of God dan diperintahkan untuk menjalani program rehabilitasi dua tahun. Namun, ia menolak meninggalkan mimbar, yang menyebabkan pencabutan jabatan pendetanya. Dampaknya meluas:

  • Jaringan televisi menghentikan siarannya
  • Donasi dan kehadiran jemaat merosot tajam
  • Sekolah Alkitab miliknya kehilangan siswa dan akreditasi
  • Reputasinya menjadi bahan olok-olok nasional

Pada 1991, skandal kedua dengan pekerja seks membuat pengasingan kulturalnya semakin permanen. Hubungan antara Kekristenan dan seksualitas menjadi topik yang semakin kontroversial di Amerika setelah kejatuhan Swaggart.

Bagaimana Jimmy Swaggart mengubah wajah Kekristenan Amerika

Warisan yang mengubah lanskap keagamaan Amerika

Skandal Swaggart menandai pergeseran penting dalam imajinasi Amerika. Para pengkhotbah televisi yang dulunya dihormati sebagai inovator di bidang media dan teknologi, kehilangan kredibilitas mereka setelah rangkaian skandal di tahun 1980-an. Kejatuhan Swaggart khususnya sangat mengikis otoritas moral para pemimpin agama seperti dirinya.

Penelitian opini publik dari era tersebut menunjukkan bahwa skandal-skandal ini mempercepat sinisme yang sudah meningkat terhadap agama terorganisir dan mendorong banyak orang Amerika menjauh dari afiliasi keagamaan. Warisan Swaggart adalah transformasi budaya yang dihasilkan dari tren-tren ini; skandalnya menandai titik balik bagi otoritas moral Kristen dalam kehidupan publik.

Meskipun memudar dari pandangan publik, Swaggart tidak pernah benar-benar menghilang. Ia terus berkhotbah dari Family Worship Center di Baton Rouge. Siaran radionya berlanjut. Putranya Donnie dan cucunya Gabriel melanjutkan panggilan keluarga.

Harold Bloom dalam bukunya tahun 1992, The American Religion, menyebut Swaggart sebagai “arketipe pengkhotbah Pentakosta gaya lama” dan “gambaran nasional yang otentik seperti Billy Graham, dan mencerminkan sesuatu dalam diri kita semua.”

Saat ini, gerakan yang diwakili Swaggart terus berkembang, dan mereka yang berusaha mengendalikan kekuatan liar Kekristenan Karismatik di Amerika telah menetapkan tujuan mereka lebih tinggi daripada sekadar transformasi individu. Pada akhirnya, mungkin akan terbukti lebih mudah mengubah tatanan politik Amerika daripada mengendalikan impuls hati seseorang.

Agung
Scroll to Top