Makna ‘America First’ bagi Katolikisme di Amerika Serikat – Berita Katolik

Makna 'America First' bagi Katolikisme di Amerika Serikat - Berita Katolik

Dinamika “America First” di bawah kepemimpinan baru Donald Trump mulai menunjukkan pengaruh signifikan terhadap lanskap Katolikisme di Amerika Serikat. Perubahan kebijakan nasional dan internasional membawa dampak mendalam bagi peran gereja Katolik, baik di Amerika maupun secara global. Ketika administrasi Trump berusaha memposisikan kembali Amerika dalam tatanan dunia, komunitas Katolik menemukan dirinya berada di persimpangan antara nilai-nilai keagamaan dan agenda politik baru.

Implikasi kebijakan “America First” bagi misi Katolik global

Pemotongan program bantuan internasional USAID yang didukung Gedung Putih menciptakan konsekuensi tidak langsung bagi Vatikan. Uskup Agung Paul Gallagher, Sekretaris Vatikan untuk Hubungan dengan Negara, telah mengungkapkan keprihatinannya kepada majalah America: “Kami sudah melihat di hampir seluruh dunia dampak penarikan bantuan pembangunan yang sedang dan akan menyebabkan masalah di banyak tempat. Ini adalah langkah besar yang akan memiliki dampak mendalam di seluruh dunia.”

Kebijakan imigrasi baru juga menciptakan tantangan serius. Pembatasan visa untuk pelajar, pendeta, dan anggota ordo religius membuat Amerika menjadi negara yang lebih terisolasi—dan demikian pula gerejanya. Ketidakpastian ini mempersulit pertukaran dengan negara lain, berpotensi mengurangi kolaborasi antar gereja Katolik dan kemampuan Gereja Katolik AS untuk melaksanakan karya pastoral baik di dalam maupun luar negeri.

Dampak kebijakan ini tidak terbatas pada aspek administratif saja, tapi juga mempengaruhi roh Katolikisme Amerika. MAGA menghadapi masalah dengan komunitas Katolik : Tantangan politik dan agama di Amerika Serikat semakin kompleks ketika “America First” berisiko berubah menjadi “America Alone”—sebuah realitas yang mungkin juga terjadi pada Gereja Katolik di Amerika Serikat.

Nasionalisme katolik dari pinggiran menuju arus utama

Kehadiran Katolik dalam pemerintahan Trump kedua tampak lebih menonjol dan berpengaruh. JD Vance, seorang Katolik dan Wakil Presiden AS, mewakili jenis Katolikisme Amerika baru yang sering kurang dipahami oleh Katolik Eropa. Peristiwa “Catholics for Catholics” di Mar-a-Lago pada 19 Maret mengungkapkan bagaimana kelompok nasionalis yang semula terpinggirkan kini telah dinormalisasi—tidak hanya melalui dukungan lingkaran dalam Trump tetapi juga melalui sikap pasif beberapa uskup dan tokoh kunci yang membentuk arah Katolikisme AS.

Tim Busch, pengacara dan pengusaha California yang memperjuangkan kepentingan Katolik konservatif, menyatakan bahwa administrasi Trump adalah “yang paling Kristiani yang pernah ia lihat.” Pandangan ini kontras dengan perspektif banyak Katolik dari Amerika Latin dan bahkan beberapa dari Konferensi Uskup Amerika Serikat yang menawarkan pendapat lebih bernuansa tentang karakter Kristen pemerintahan Trump.

Aspek Visi Trump Visi Vatikan
Hubungan Internasional Dunia unipolar, Amerika dominan Multilateralisme, dialog antar negara
Bantuan Luar Negeri Pengurangan signifikan Prioritas solidaritas global
Imigrasi Pembatasan ketat Keterbukaan dan keramahan

Makna 'America First' bagi Katolikisme di Amerika Serikat - Berita Katolik

Paradoks “Katolik John Paul II” dalam era Trump

Banyak pendukung Katolik Trump mengklaim diri sebagai “Katolik John Paul II” untuk menunjukkan jarak mereka dari Paus Fransiskus. Namun, ini menciptakan paradoks menarik, mengingat Paus John Paul II sendiri tidak pernah sepenuhnya menerima model sosial Amerika. Beberapa perspektif kunci yang sering diabaikan:

  • Pandangan kritis John Paul II terhadap materialisme Amerika
  • Pesan keramahan dan keterbukaan budaya dalam khotbah 1995 di Amerika
  • Penekanan pada kepedulian terhadap kaum miskin dan lemah
  • Peringatan tentang bahaya Amerika yang berpaling pada dirinya sendiri

Dalam khotbah selama kunjungannya ke Amerika Serikat pada 1995, John Paul II bertanya: “Apakah Amerika saat ini menjadi kurang peka, kurang peduli terhadap orang miskin, yang lemah, orang asing, yang membutuhkan? Seharusnya tidak! Hari ini, seperti sebelumnya, Amerika Serikat dipanggil untuk menjadi masyarakat yang ramah dan budaya yang menyambut.”

Ideologi “America First” juga merupakan proyek “para-religius” yang merusak katolisitas Katolikisme AS dan mengabaikan perbedaan antara tradisi sosial Katolik dan gagasan pemerintahan, masyarakat, dan gereja yang dipaksakan Trumpisme pada Amerika Serikat. Pemahaman Trumpian tentang peran pemerintah federal memiliki fitur Jacobin yang sangat bertentangan dengan Katolikisme, termasuk Katolikisme AS.

Seperti yang diungkapkan oleh seorang prelat berpengalaman dalam dinas diplomatik Tahta Suci, “Apa yang terjadi di AS saat ini mengingatkan saya pada Kuba.” Refleksi ini menyoroti kekhawatiran mendasar tentang arah Amerika dan implikasinya bagi masa depan Katolikisme di Amerika Serikat maupun dunia.

Rian Pratama
Scroll to Top