Saat ini, sekitar 50 juta orang dewasa di Amerika Serikat mengidentifikasi diri sebagai Katolik, mewakili hampir 20% dari total penduduk negara tersebut. Meskipun jumlahnya signifikan, populasi Katolik Amerika menunjukkan keberagaman yang kompleks dalam keyakinan, praktik keagamaan, dan pandangan sosial-politik mereka. Temuan ini terungkap melalui Studi Lanskap Keagamaan 2023-2024 yang dilakukan oleh Pew Research Center.
Perubahan demografi dan keragaman populasi Katolik AS
Analisis Pew Research Center menunjukkan bahwa proporsi populasi Katolik di Amerika Serikat mengalami penurunan selama satu setengah dekade terakhir. Pada 2007, sekitar 24% penduduk negara ini mengidentifikasi diri sebagai Katolik, angka yang kini turun menjadi sekitar 20%. Bersamaan dengan itu, tingkat religiusitas di kalangan mereka yang mengidentifikasi diri sebagai Katolik juga mengalami penurunan.
Saat ini, imigran membentuk sekitar 29% dari populasi Katolik Amerika, sementara anak-anak imigran menyumbang tambahan 14%, sehingga total mencapai 43%. Katolik Hispanik mendominasi segmen imigran atau generasi pertama dan telah menjadi persentase yang lebih besar dari populasi Katolik negara secara keseluruhan, meningkat 7 poin sejak 2007 dan kini membentuk 36% dari total Katolik Amerika.
Gregory Smith, direktur penelitian senior di Pew, menjelaskan bahwa hal ini terutama disebabkan oleh Hispanik “yang tumbuh sebagai bagian dari total populasi” Amerika Serikat. Namun, persentase Hispanik yang mengidentifikasi diri sebagai Katolik sebenarnya telah menurun. “Kedua hal ini dapat terjadi secara bersamaan,” kata Smith dalam presentasinya tentang temuan yang lebih luas dari Studi Lanskap Keagamaan tersebut.
Indikator | 2007 | 2023-2024 | Perubahan |
---|---|---|---|
Populasi Katolik AS | 24% | 20% | -4% |
Katolik Hispanik | 29% | 36% | +7% |
Kehadiran di Misa mingguan | 41% | 29% | -12% |
Praktik keagamaan dan pandangan terhadap ajaran Gereja
Studi ini menemukan bahwa sekitar 51% Katolik berdoa setiap hari dan 31% lainnya berdoa setidaknya mingguan atau bulanan, dengan hanya 18% menjawab bahwa mereka jarang atau tidak pernah berdoa. Kehadiran di Misa mingguan untuk umat Katolik hanya sekitar 29%, dengan 11% lainnya menghadiri Misa satu atau dua kali sebulan dan 27% menghadiri beberapa kali setiap tahun. Sekitar 32% jarang atau tidak pernah pergi ke Misa.
Semua indikator di atas lebih rendah dibandingkan dengan data tahun 2007. Pada tahun itu, sekitar 58% Katolik berdoa setiap hari dan hanya 13% yang jarang atau tidak pernah berdoa. Kehadiran di Misa mingguan pada 2007 mencapai 41%, yang berarti angka tersebut telah turun 12 poin.
Sekitar 66% Katolik yang disurvei mengatakan mereka menghadiri Misa mingguan ketika mereka masih kanak-kanak. Sekitar 57% mengatakan bahwa agama sangat penting bagi keluarga mereka saat tumbuh dewasa dan 32% mengatakan itu agak penting.
Terkait sikap politik Katolik AS yang kompleks namun menunjukkan tanda-tanda harapan, data menunjukkan bahwa umat Katolik terbagi dalam preferensi politik mereka. Sekitar 49% mengatakan mereka condong ke Partai Republik dan 44% mengatakan mereka condong ke Partai Demokrat. Ini merupakan pergeseran besar dari 2007, ketika hanya 33% condong ke Republik, 48% condong ke Demokrat, dan 19% tidak memiliki kecenderungan.
Keyakinan teologis dan pandangan sosial-budaya
Hampir dua pertiga Katolik AS mengatakan mereka yakin bahwa Tuhan ada dan sedikit lebih dari sepertiga mengatakan mereka percaya pada Tuhan tetapi tidak sepenuhnya yakin. Sekitar 86% mengatakan mereka percaya adanya surga, tetapi hanya 69% yang percaya adanya neraka. Data ini menunjukkan perubahan menarik dari tahun 2007:
- Keyakinan akan keberadaan Tuhan menurun 10 poin
- Kepercayaan pada surga meningkat 4 poin
- Kepercayaan pada neraka meningkat 9 poin
Sekitar 21% Katolik saat ini menganggap diri mereka sangat religius dan 55% lainnya mengatakan mereka agak religius. Hanya 24% yang mengatakan mereka tidak terlalu religius atau sama sekali tidak religius. Persentase yang lebih besar, 29%, menganggap diri mereka sangat spiritual dan 52% menganggap diri mereka agak spiritual.
Pew juga menemukan bahwa banyak Katolik menyimpang dari ajaran Gereja tentang isu-isu sosial dan budaya. Sekitar 59% Katolik percaya bahwa aborsi harus legal dalam semua atau sebagian besar kasus, meskipun Gereja mengajarkan bahwa kehidupan manusia dimulai pada saat pembuahan dan aborsi selalu tidak bermoral. Data menunjukkan bahwa hanya 39% Katolik yang percaya aborsi harus ilegal dalam semua atau sebagian besar kasus.
Menariknya, frekuensi kehadiran di Misa berkorelasi dengan kecenderungan yang lebih tinggi untuk mematuhi ajaran Gereja tentang banyak isu. Sekitar 61% Katolik yang menghadiri Misa percaya aborsi harus ilegal dalam semua atau sebagian besar keadaan dan hanya 36% percaya itu harus legal.