Perdebatan mengenai status agama Mormon sebagai bagian dari kekristenan telah berlangsung selama bertahun-tahun. Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir menggunakan nama Yesus Kristus dalam identitas mereka, namun hal ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang kesamaan teologi mereka dengan kekristenan tradisional.
Meskipun menggunakan terminologi yang mirip, ajaran Mormon memiliki interpretasi yang berbeda tentang konsep-konsep dasar keagamaan. Seperti yang dikatakan para ahli teologi, menggunakan kosakata yang sama tidak berarti memiliki definisi yang identik dalam konteks doktrinal.
Asal mula dan perkembangan Mormon di Amerika
Gerakan Mormon muncul pada awal abad kesembilan belas di wilayah perbatasan Amerika yang dikenal sebagai “burned-over district” di negara bagian New York. Daerah ini menjadi pusat kelahiran berbagai kelompok keagamaan baru yang mengklaim memiliki wahyu khusus yang terlewatkan oleh sejarah gereja sebelumnya.
Joseph Smith, pendiri Mormon, mengklaim menerima serangkaian penglihatan ekstensif yang mengubah total pemahaman tentang kekristenan. Berbeda dengan tokoh-tokoh seperti Marcion pada abad kedua atau Thomas Jefferson yang mengurangi ajaran Alkitab, Smith justru menambahkan tiga kitab baru dengan konsep-konsep yang tidak ditemukan dalam Alkitab tradisional.
Pendekatan ini menghasilkan pemahaman tentang Tuhan yang sangat berbeda dari apa yang telah diajarkan para Rasul. Bahkan, pandangan Mormon tentang Tuhan lebih revolusioner dibandingkan aspek-aspek kontroversial lainnya seperti pakaian dalam khusus, poligami, atau kepercayaan bahwa Taman Eden berada di Missouri.
Perbedaan fundamental dalam konsep ketuhanan
Kekristenan tradisional mengajarkan bahwa Tuhan ada secara kekal sejak sebelum semua waktu dan penciptaan. Sebaliknya, ajaran Mormon menyatakan bahwa Tuhan tidak selalu seperti keadaan-Nya saat ini. Joseph Smith dalam khotbahnya tahun 1844 menyampaikan bahwa “Tuhan sendiri dahulu seperti kita sekarang” dan merupakan manusia yang ditinggikan.
Perbedaan mendasar lainnya terletak pada konsep Ketuhanan. Dalam Mormon, Ketuhanan terdiri dari tiga makhluk yang terpisah atau tiga tuhan. Kesatuan mereka hanya dalam “kesatuan tujuan”, bukan kesatuan hakikat seperti yang dijelaskan dalam doktrin Trinitas Kristen.
| Aspek Teologi | Kekristenan Tradisional | Mormon |
|---|---|---|
| Hakikat Tuhan | Kekal, tidak berubah | Dahulu manusia, ditinggikan |
| Trinitas | Satu hakikat, tiga pribadi | Tiga makhluk terpisah |
| Yesus Kristus | Putra kekal, tidak dicipta | Anak alamiah Bapa |
Konsep Yesus Kristus dalam kedua tradisi
Kekristenan mengajarkan bahwa Yesus adalah Putra kekal Tuhan, anggota penuh Trinitas yang “diperanakkan bukan dijadikan”. Ia telah ada sejak kekekalan, namun pada Inkarnasi mengambil daging manusia dan datang ke bumi, tetap sepenuhnya Tuhan dan sepenuhnya manusia.
Mormon memiliki pandangan berbeda tentang identitas Yesus. Menurut ajaran mereka, Yesus adalah anak alamiah Bapa dan seorang “Ibu Surgawi”. Lebih jauh lagi, semua manusia juga dianggap sebagai anak-anak Tuhan dengan cara yang sama, telah hidup di surga sebelum konsepsi dan kelahiran di bumi.
Perbedaan ini menciptakan kesenjangan teologis yang signifikan antara kedua tradisi. Berikut adalah aspek-aspek utama yang membedakan :
- Antropologi – pemahaman tentang hakikat manusia
- Soteriologi – doktrin keselamatan
- Eklesiologi – konsep gereja
- Eskatologi – ajaran tentang akhir zaman
Implikasi praktis dari perbedaan doktrin
Meski banyak orang Mormon adalah individu yang baik dan sering menjadi sekutu moral dalam masyarakat yang semakin tidak bermoral, perbedaan teologis tetap fundamental. Mereka memiliki standar moral tertentu seperti pantangan terhadap kopi, namun hal ini tidak mengubah fakta bahwa mereka dan umat Kristen tidak menyembah Tuhan yang sama.
Penelitian Pew mencantumkan Orang Suci Zaman Akhir di antara “Semua Kristen” bersama dengan Protestan, Katolik Roma, Ortodoks, dan Saksi-Saksi Yehuwa. Namun, klasifikasi ini tidak menyelesaikan perbedaan doktrin fundamental yang ada.
Mengaburkan kebenaran tidak hanya tidak membantu, tetapi juga merupakan penghinaan terhadap kedua kelompok. Berbagi kosakata tidak berarti berbagi kamus yang sama, dan berbagi keyakinan moral tertentu tidak menyiratkan kesamaan dalam teologi, kristologi, atau doktrin-doktrin fundamental lainnya.
- RosalÃa dan album ‘Lux’ : bintang pop yang memahami Katolisisme dengan sempurna - 15 November 2025
- Trump peringatkan Nigeria soal pembunuhan Kristen ; banyak yang sambut langkah ini - 11 November 2025
- Donald Trump sebut umat Kristen di Nigeria mengalami persekusi - 7 November 2025




