Mengapa beberapa orang Nigeria meninggalkan Kristen untuk kepercayaan spiritual Afrika

Mengapa beberapa orang Nigeria meninggalkan Kristen untuk kepercayaan spiritual Afrika

Fenomena pengalihan keyakinan dari agama Kristen ke kepercayaan spiritual tradisional Afrika semakin terlihat di Nigeria. Pergeseran spiritual ini menarik perhatian para pemimpin agama dan pengamat dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun tidak ada data kuantitatif yang komprehensif, namun mayoritas yang beralih agama berakhir tanpa memeluk apapun, tren ini tetap menjadi diskusi yang menarik di masyarakat Nigeria.

Perjalanan spiritual antara dua keyakinan

Nigeria, sebuah negara dengan populasi lebih dari 200 juta jiwa, mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen. Namun, sebelum masuknya agama monoteistik seperti Kristen dan Islam, masyarakat Nigeria memiliki sistem kepercayaan yang berfokus pada koneksi mendalam dengan leluhur, dunia fisik dan spiritual, serta dewa-dewa komunitas tertentu.

Kisah perjalanan spiritual Chidi Nwaohia menjadi contoh menarik tentang fenomena ini. Pada usia 59 tahun, Nwaohia mengungkapkan bagaimana hidupnya berayun seperti pendulum antara dua jalur spiritual: Kristen dan agama tradisional Afrika. Sejak kecil, hidupnya ditandai dengan berbagai kejadian misterius, termasuk menghilang semalam saat belum genap berusia satu tahun.

Para dukun tradisional (dibia) mengatakan bahwa Nwaohia adalah reinkarnasi dari kakeknya, seorang imam tradisional yang kuat. Meskipun ibunya, karena iman Kristennya yang mendalam, meragukan ramalan tersebut dan menyembunyikannya dari putranya. Serangkaian kejadian, termasuk kecelakaan pada hari pembaptisannya dan cedera kaki yang tak kunjung sembuh, akhirnya menuntunnya untuk menerima panggilan sebagai imam dalam kepercayaan tradisional Afrika.

Pergeseran spiritual ini tidak hanya terjadi pada Nwaohia. Echezona Obiagbaosogu, mantan imam Katolik yang kini mempraktikkan kedua kepercayaan, menceritakan kisah seseorang yang tetap menjadi seorang Kristen yang taat sekaligus pembuat hujan, bahkan menjabat di dewan paroki hingga kematiannya.

Faktor-faktor pendorong pergeseran spiritual

Beberapa faktor utama mendorong orang Nigeria meninggalkan Kristen untuk kembali ke kepercayaan spiritual Afrika:

  • Komersialisasi beberapa gereja Kristen dan preferensi mereka terhadap individu kaya
  • Kebutuhan akan pendekatan spiritual yang lebih terhubung dengan akar budaya
  • Persepsi bahwa kepercayaan tradisional dapat membawa kemakmuran dan perlindungan
  • Kesadaran tentang kekejaman kolonial yang menyertai penyebaran Kristen
  • Media sosial yang memberdayakan kebebasan berbicara tentang sejarah kolonial

Kingsley Akunwafor, penjahit berusia 31 tahun dan mantan Katolik, mengatakan bahwa komersialisasi beberapa gereja Kristen dan preferensi mereka terhadap individu kaya merusak kredibilitas agama dan menyebabkan apatisme terhadap Kristen. Para pemimpin agama meminta persembahan untuk mukjizat dan berkat, mengalihkan perhatian gereja Kristen dari tanggung jawab inti, termasuk kesejahteraan spiritual anggota.

Chinedu Oshaba, mantan Katolik lainnya, merangkul kepercayaan tradisional lebih dari satu dekade lalu setelah menyaksikan Gereja memprioritaskan uang daripada empati. Seorang anggota yang berdedikasi ditolak pemakaman gereja karena pungutan yang belum dibayar.

Aspek Kristen Kepercayaan Tradisional Afrika
Pemakaman Dikenakan biaya untuk layanan dan fasilitas Diberikan kepada semua anggota terlepas dari status keuangan
Struktur Terorganisir dengan pemimpin dan khotbah Lebih individual, fokus pada refleksi pribadi
Ritual Berpusat pada doa dan kebaktian Mencakup persembahan, libasi, dan pengorbanan

Mengapa beberapa orang Nigeria meninggalkan Kristen untuk kepercayaan spiritual Afrika

Tantangan dan harapan masa depan

Para penganut baru kepercayaan tradisional menghadapi berbagai tantangan. Stigma sosial menjadi masalah utama, dengan banyak keluarga yang menentang konversi karena melihatnya sebagai penghinaan terhadap keyakinan mereka. Masyarakat sering kali memandang leluhur, ramalan, dan ritual spiritual lainnya dengan tidak percaya, sering kali melabelinya sebagai “kafir”, “demonik”, atau “sihir”.

Namun, bagi penganut agama tradisional Afrika, kedua kepercayaan sering kali hidup berdampingan. Beberapa orang menghadiri gereja pada hari Minggu sambil mencari nasihat dari dibia di lain waktu, sekaligus berpartisipasi dalam ritual Kristen dan tradisional seperti upacara pemberian nama atau pemakaman.

Dengan semakin banyak kaum muda yang meninggalkan Kristen, beberapa gereja melaporkan kelangkaan anggota muda. “Satu gereja bahkan berhenti menggunakan alat musik karena anggota laki-laki mudanya beralih ke kepercayaan pribumi,” kata Anthony Oluba, seorang imam Katolik.

Namun, reformasi dan percakapan sedang berlangsung di berbagai denominasi tentang cara menarik jemaat. Kongregasi Katolik Oluba, misalnya, menarik orang dengan memberikan dukungan pertanian, melalui peluang pelatihan dan hibah.

Meskipun tantangan dan ketegangan masih ada, banyak yang percaya bahwa kedua tradisi spiritual dapat hidup berdampingan. Pencarian kesadaran pribadi menginspirasi kembalinya ke jenis iman yang banyak orang Afrika kaitkan dengan akar mereka, sambil mempertahankan aspek-aspek positif dari Kristen yang telah berpengaruh besar dalam sejarah Nigeria.

Agung
Scroll to Top