Peluncuran Missal Ge’ez baru menjadi momen bersejarah bagi persatuan umat Katolik Ethiopia dan Eritrea. Pada Selasa malam lalu, Pontifical Ethiopian College yang terletak di Taman Vatikan menjadi tempat presentasi edisi terbaru Missal berbahasa Ge’ez yang akan digunakan oleh Gereja Katolik Timur di Ethiopia dan Eritrea.
Signifikansi Missal Ge’ez dalam liturgi Katolik Afrika Timur
Bahasa Ge’ez merupakan bahasa Semit Selatan kuno yang hingga kini masih digunakan sebagai bahasa liturgi dalam Gereja Katolik dan Ortodoks Ethiopia dan Eritrea. Pembaruan Missal Ge’ez ini menjadi instrumen penting bagi doa umat di kedua negara tersebut.
Kardinal Claudio Gugerotti, Prefek Dikasteri untuk Gereja-Gereja Timur, dalam pidatonya menyebutkan bahwa Missal ini merupakan “sumber kemampuan untuk bertahan dan bermimpi yang menjadi akar keberadaan suatu bangsa.” Beliau menambahkan, “Jika Anda mengambil iman dari suatu bangsa—nyanyian mereka, dan dalam kasus Anda juga tarian mereka yang menyatukan bumi dan surga—ada risiko merasa bahwa keberadaan manusia terlalu keras, terlalu miskin.”
Seperti halnya Paus yang berdoa agar umat Katolik di berbagai negara dapat bersatu dalam persekutuan dengan Roma, Missal Ge’ez baru ini juga bertujuan memperkuat persatuan gereja di kawasan Tanduk Afrika.
Beberapa fitur baru dalam Missal Ge’ez antara lain:
- Penambahan notasi untuk nyanyian liturgi
- Pedoman penggunaan roti yang baru dipanggang dan beragi
- Penyeragaman tata cara perayaan Ekaristi
- Penggabungan tradisi liturgi dari kedua negara
- Pemulihan elemen-elemen kuno dari warisan liturgi Ge’ez
Kerjasama lintas batas untuk warisan liturgi bersama
Yang menarik, pembuatan Missal Ge’ez membutuhkan waktu 25 tahun untuk disempurnakan. Proses panjang ini melibatkan penelitian mendalam terhadap sumber-sumber kuno dan studi Missal Ge’ez sebelumnya. Baik Gereja Katolik Eritrea maupun Ethiopia membentuk komisi untuk menyunting Missal ini, yang menjadi salah satu contoh langka kolaborasi antara Ethiopia dan Eritrea dalam beberapa tahun terakhir.
Uskup Tesfasellassie Medhin, Uskup Eparchy Katolik Ethiopia di Adigrat, menyambut baik Missal Ge’ez ini dan menyatakan bahwa buku tersebut akan menjadi sumber persatuan di antara Gereja-Gereja di Ethiopia dan Eritrea. “Dalam momen-momen tersulit, ketika Misa dirayakan dalam persatuan roh, hal itu memberikan sukacita batin, kekuatan, dan harapan,” ujarnya.
Dalam wawancara dengan Vatican News, Uskup Tesfasellassie menegaskan persatuan Gereja Katolik Eritrea dan Ethiopia, meskipun ada hambatan politik yang menyulitkan kolaborasi. “Kami tidak memiliki perpecahan. Liturgi kami, warisan kami, dan sejarah liturgi kami tidak pernah mengalami perpecahan.”
Negara | Eparchy Katolik | Jumlah Umat |
---|---|---|
Ethiopia | Addis Ababa, Adigrat, Emdibir, Bahir Dar | ~70.000 |
Eritrea | Asmara, Keren, Barentu, Segeneiti | ~160.000 |
Harapan baru untuk persatuan spiritual di tengah tantangan politik
Pada akhir presentasi, Kardinal Gugerotti secara resmi menyerahkan Missal tersebut kepada para Uskup yang mewakili Gereja Katolik Ethiopia dan Eritrea. Uskup Kindane Yebio dari Keren, Eritrea, mengungkapkan kepada Vatican News bahwa “Buku ini akan menjadi sumber persatuan bagi Gereja Katolik itu sendiri, karena sampai sekarang kita merayakan dengan cara yang berbeda-beda. Mulai sekarang, kami harap kita semua akan mengikuti buku ini.”
Kardinal Berhaneyesus Souraphiel, Uskup Agung Addis Ababa, dalam pernyataannya mengucapkan terima kasih kepada anggota komisi atas kerja mereka dalam memproduksi Missal Ge’ez dan kepada Dikasteri untuk Gereja-Gereja Timur karena “memfasilitasi pencetakan dan distribusi Missal Baru” di Ethiopia dan Eritrea, serta para dermawan yang membuatnya mungkin.
Paus Leo XIV juga menegaskan pentingnya ritus-ritus Timur dalam persekutuan Gereja Katolik selama audiensinya baru-baru ini dengan para peserta Jubileum Gereja-Gereja Timur pada 14 Mei 2025. “Gereja membutuhkan Anda,” kata Paus. “Kontribusi yang dapat diberikan oleh Timur Kristen kepada kita hari ini sangatlah besar!”