Kontroversi melanda negara bagian Campeche, Meksiko, setelah keputusan untuk melegalkan aborsi hingga 12 minggu kehamilan. Langkah ini memicu reaksi keras dari pihak Gereja Katolik, dengan Uskup José Francisco González mengancam eksomunikasi bagi umat Katolik yang mendukung kebijakan tersebut.
Perubahan hukum aborsi di Campeche
Pada 25 Februari 2025, parlemen negara bagian Campeche mengesahkan undang-undang yang melegalkan aborsi hingga 12 minggu kehamilan. Keputusan ini diambil dalam sidang tertutup, mengubah beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Campeche. Perubahan ini tidak hanya melegalkan aborsi, tetapi juga memperberat hukuman bagi mereka yang memaksa wanita untuk melakukan aborsi.
Dengan disahkannya undang-undang ini, Campeche menjadi negara bagian ke-21 di Meksiko yang melegalkan aborsi. Tren ini semakin meluas sejak Claudia Sheinbaum menjabat sebagai Presiden Meksiko pada Oktober 2024. Dalam 148 hari pertama masa jabatannya, delapan negara bagian lain telah mengikuti langkah serupa:
- Jalisco
- Michoacán
- San Luis PotosÃ
- Zacatecas
- Mexico
- Chiapas
- Nayarit
- Chihuahua
Reaksi keras Gereja Katolik
Uskup José Francisco González dari Keuskupan Campeche mengecam keras keputusan parlemen. Dalam konferensi pers pada 26 Februari, beliau menyatakan bahwa keputusan ini “tidak dapat dipahami” dari sudut pandang hukum dan sosial. González mengkritik proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara tertutup dan bertepatan dengan perayaan Karnaval, salah satu festival terpenting di negara bagian tersebut.
Uskup González menegaskan bahwa menurut Hukum Kanonik Gereja Katolik, mereka yang mendukung aborsi secara otomatis berada di luar persekutuan dengan Gereja. Ini berarti bahwa orang-orang yang mempromosikan, melaksanakan, atau berkolaborasi dalam praktik aborsi tidak dapat berpartisipasi dalam sakramen-sakramen Gereja.
Pihak yang Terancam Eksomunikasi | Konsekuensi |
---|---|
Promotor undang-undang aborsi | Tidak boleh menerima sakramen |
Pelaksana aborsi | Dikeluarkan dari persekutuan Gereja |
Kolaborator dalam praktik aborsi | Kehilangan hak-hak gerejawi |
Pandangan Gereja terhadap aborsi
Uskup González menekankan bahwa aborsi dianggap sebagai “kejahatan yang sangat serius dan memalukan” oleh Gereja Katolik. Beliau mengajak masyarakat untuk membentuk front pro-kehidupan, menegaskan bahwa perlindungan terhadap kehidupan bukan hanya tanggung jawab ibu atau ayah, tetapi seluruh masyarakat.
González memperingatkan bahwa jika aborsi dibenarkan atas dasar anak yang tidak diinginkan, masyarakat mungkin akan menerapkan logika serupa terhadap anak-anak yang sudah lahir, orang sakit, atau lansia. Beliau mengkhawatirkan bahwa hal ini dapat mengarah pada situasi di mana tidak ada kehidupan yang dihormati.
Tantangan dan langkah ke depan
Uskup González mengajukan beberapa pertanyaan kritis tentang dukungan yang tersedia bagi wanita hamil, lansia, dan mereka yang menghadapi berbagai kesulitan hidup. Beliau menantang pemerintah dan masyarakat untuk memikirkan solusi konkret bagi masalah-masalah sosial ini, alih-alih melegalkan aborsi.
Sebagai respons terhadap legalisasi aborsi di Campeche, Gereja Katolik berencana untuk melakukan berbagai aksi. Mereka menegaskan komitmen mereka untuk melindungi kehidupan sejak pembuahan dan akan bekerja keras untuk mengimbangi dampak dari undang-undang baru ini.
Kontroversi ini mencerminkan pertarungan nilai yang lebih luas dalam masyarakat Meksiko. Di satu sisi, ada dorongan untuk liberalisasi hukum aborsi, sementara di sisi lain, terdapat resistensi kuat dari institusi keagamaan dan kelompok pro-kehidupan. Perdebatan ini kemungkinan akan terus berlanjut dan membentuk lanskap politik dan sosial Meksiko di masa depan.