Pastor LA : ICE menahan orang Kristen Iran yang melarikan diri karena iman mereka

Pastor LA : ICE menahan orang Kristen Iran yang melarikan diri karena iman mereka

Ketegangan terjadi di Los Angeles ketika petugas imigrasi menahan pengungsi Kristen asal Iran yang melarikan diri dari penganiayaan di negara asal mereka. Kejadian ini memicu protes dari Pendeta Ara Torosian dari Cornerstone Church di West LA, yang menyaksikan langsung kejadian tersebut pada akhir Juni 2025.

Drama penangkapan pengungsi Kristen Iran di Los Angeles

Pada tanggal 26 Juni 2025, sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di Los Angeles ketika petugas imigrasi Amerika Serikat (ICE) menahan beberapa warga Iran yang telah mencari suaka di negeri ini. Pendeta Ara Torosian menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana para pengungsi yang telah melarikan diri dari rezim Iran ditangkap di depan rumah mereka sendiri.

“Saya menyaksikan dengan hati yang terluka bagaimana para wanita—yang melarikan diri dari kediktatoran Iran demi kebebasan—ditangkap di depan rumah mereka sendiri di Los Angeles,” ungkap Pendeta Torosian dengan nada sedih. “Mereka datang mencari perlindungan, bukan mimpi buruk lainnya. Ini bukan keadilan yang mereka harapkan.”

Video yang merekam kejadian tersebut menunjukkan pertukaran emosional antara pendeta dan petugas. Ketika pendeta bertanya mengapa mereka ditangkap, petugas menjawab bahwa ada surat perintah penangkapan terkait masalah imigrasi. Meskipun pendeta mencoba menjelaskan bahwa mereka adalah pencari suaka yang datang melalui program CBP One, petugas tetap bersikeras bahwa status mereka “tidak lagi valid.”

Situasi semakin menegangkan ketika salah satu wanita Iran mengalami keadaan darurat medis. Video dari ponsel Pendeta Torosian menunjukkan agen federal menahan wanita tersebut saat dia berteriak dan jatuh. “Biarkan dia pergi! Dia sakit! Panggil 911!” teriak pendeta kepada petugas.

Penganiayaan terhadap umat Kristen di Iran

Kasus ini menyoroti realitas pahit yang dihadapi oleh penganiayaan terhadap umat Kristen meningkat secara global akibat faktor modern dan historis, termasuk di Iran. Meskipun konstitusi Iran secara formal melindungi orang Kristen, mereka masih menghadapi penganiayaan signifikan.

Beberapa bentuk penganiayaan yang dihadapi Kristen di Iran meliputi:

  • Gereja-gereja digerebek tanpa peringatan
  • Orang Kristen yang berpindah dari Islam dipenjara
  • Konversi dari Islam bisa dihukum mati
  • Penganut Kristen Evangelis sering menjadi target dan dituduh sebagai ancaman keamanan nasional

Menurut laporan Maret 2024 oleh Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF), rezim Iran mengeksekusi lebih dari 900 orang pada tahun 2024 dan menjatuhkan banyak hukuman mati untuk tuduhan berbasis agama. Dari lebih dari 2.200 tahanan agama yang didokumentasikan USCIRF pada 2023, Iran menyumbang 347 orang (15%).

Pastor LA : ICE menahan orang Kristen Iran yang melarikan diri karena iman mereka

Tanggapan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS

Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan terkait insiden di Los Angeles ini. Menurut DHS, selama operasi penegakan hukum yang ditargetkan di Los Angeles, agen Border Patrol menangkap dua warga negara Iran yang berada secara ilegal di AS—keduanya ditandai sebagai subjek kepentingan keamanan nasional.

Ketika salah satu dari mereka mengalami keadaan darurat medis, agen segera menghubungi EMS dan mengawalnya ke rumah sakit. Kehadiran agen di rumah sakit semata-mata untuk menjaga subjek yang menerima perawatan medis—prosedur standar ketika individu yang berada di negara secara ilegal membutuhkan perhatian medis.

Klaim Pendeta Torosian Pernyataan DHS
Pengungsi mencari suaka dari penganiayaan Warga Iran berada secara ilegal di AS
Mereka datang melalui program CBP One Status mereka tidak lagi valid
Tindakan tidak manusiawi terhadap pengungsi Subjek ditandai sebagai kepentingan keamanan nasional

Meski demikian, sifat spesifik dari “kepentingan keamanan nasional” untuk individu-individu tersebut belum diperinci. Identitas orang-orang yang ditangkap dan tuduhan spesifik yang mereka hadapi, selain “berada secara ilegal”, juga belum dirilis secara publik.

Kejadian ini terjadi di tengah ketegangan antara AS dan Iran. Pada 22 Juni 2025, AS melakukan serangan terhadap tiga situs nuklir Iran menggunakan bom penghancur bunker dan rudal jelajah. Beberapa hari kemudian, Iran membalas dengan serangan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar.

Kasus penangkapan pengungsi Kristen Iran di Los Angeles ini menambah kompleksitas hubungan antara kedua negara dan menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Amerika Serikat memperlakukan mereka yang melarikan diri dari penganiayaan agama di Iran.

Agung
Scroll to Top