Kampanye Trump menuduh Demokrat ‘mengabaikan’ umat Katolik, namun kebijakan USAID-nya justru berpotensi merusak lembaga bantuan Katolik terbesar. Meskipun mengklaim sebagai sekutu umat Katolik selama masa kampanye, tindakan administrasi Trump terhadap Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) mengancam masa depan Catholic Relief Services (CRS).
Kontradiksi antara retorika kampanye dan kebijakan Trump
Selama kampanye pemilihan presiden, Donald Trump dan tim kampanyenya berusaha keras menarik dukungan pemilih Katolik. Mereka menyerang lawan politiknya, Kamala Harris, dengan tuduhan anti-Kristen dan anti-Katolik. Trump bahkan mengklaim dirinya “berdiri untuk segala hal yang diyakini gereja“. Strategi ini berhasil, dengan Trump memenangkan mayoritas suara Katolik dengan selisih sekitar 20 poin.
Namun, tindakan administrasi Trump pasca-terpilih justru bertentangan dengan klaim sebagai sekutu umat Katolik. Upaya untuk menutup atau memangkas anggaran USAID secara drastis mengancam kelangsungan Catholic Relief Services, lembaga bantuan kemanusiaan terbesar yang didirikan oleh para uskup Katolik AS pada 1943.
Dampak kebijakan Trump terhadap Catholic Relief Services
CRS sangat bergantung pada pendanaan dari USAID, yang menyumbang sekitar setengah dari anggaran $1,5 miliar lembaga tersebut. Akibatnya, CRS kini menghadapi masa depan yang tidak pasti:
- Pemecatan karyawan telah dimulai
- Pimpinan CRS memperingatkan staf tentang perubahan besar yang akan terjadi
- Diperkirakan organisasi akan menjadi jauh lebih kecil pada akhir tahun fiskal
Dampak ini sangat ironis mengingat peran vital CRS dalam mewujudkan nilai-nilai Kristen dan Amerika. John Carr, mantan direktur eksekutif Departemen Keadilan, Perdamaian dan Pembangunan Manusia Konferensi Uskup Katolik AS, menegaskan bahwa “CRS adalah wujud nyata Injil dan mencerminkan nilai-nilai terbaik Amerika“.
Serangan Trump terhadap USAID dan dampaknya
Elon Musk, penasihat Trump, melontarkan tuduhan tanpa bukti bahwa USAID adalah “organisasi kriminal“. Musk juga mengklaim bahwa lembaga ini dan mitranya terlibat dalam “operasi psikologis sayap kiri radikal“. Pernyataan-pernyataan ini diikuti dengan tindakan nyata:
Tindakan | Dampak |
---|---|
Pemberhentian sementara staf senior | Kelumpuhan operasional USAID |
Pemutusan kontrak dengan kontraktor | Terhentinya proyek-proyek yang sedang berjalan |
Larangan staf memasuki kantor pusat | Gangguan koordinasi dan komunikasi internal |
Penghentian bantuan luar negeri selama 90 hari | Krisis kemanusiaan di berbagai negara penerima bantuan |
Reaksi dan perlawanan terhadap kebijakan Trump
Kebijakan Trump terhadap USAID memicu protes keras dari berbagai pihak:
- Anggota Partai Demokrat menggelar demonstrasi di depan kantor pusat USAID
- Ancaman untuk menahan persetujuan nominasi Departemen Luar Negeri hingga pendanaan USAID dipulihkan
- Kritik dari tokoh-tokoh Katolik yang melihat kebijakan ini bertentangan dengan ajaran Kristen dan nilai-nilai Amerika
Seorang staf USAID mengungkapkan kepada The Independent, “Kami dibanjiri pesan-pesan bermusuhan dan mengancam. Saya rasa ini dirancang untuk menimbulkan ketakutan.” Situasi ini menunjukkan adanya ketegangan antara janji kampanye Trump dan kebijakan aktualnya, yang berpotensi merusak hubungannya dengan pemilih Katolik di masa mendatang.
- Polisi Memphis tangkap pria yang mengancam akan ‘membantai’ umat Katolik dengan parang - 27 Maret 2025
- Aktor ‘Jesus Crown of Thorns’ tidak terkejut Kekristenan berkembang di ‘dunia teknologi’ - 24 Maret 2025
- Statistik gereja baru : populasi Katolik meningkat, pekerja pastoral berkurang - 21 Maret 2025