Paus Amerika pertama dilihat sebagai sosok yang hampir tidak Amerika oleh umat Katolik dunia

Paus Amerika pertama dilihat sebagai sosok yang hampir tidak Amerika oleh umat Katolik dunia

Ketika Kardinal Robert Francis Prevost terpilih sebagai Paus Leo XIV pada Mei 2025, banyak umat Katolik di seluruh dunia merasa terkejut dengan pemilihan paus Amerika pertama. Namun, segera menjadi jelas bahwa identitas beliau jauh lebih kompleks dari sekadar label ‘Amerika’.

Identitas multikultural paus baru yang melampaui batas negara

Momen penting terjadi ketika Paus Leo XIV pertama kali muncul di balkon Basilika Santo Petrus. Alih-alih berbicara dalam bahasa Inggris, beliau memilih untuk menyampaikan beberapa kalimat dalam bahasa Spanyol. Keputusan ini secara langsung menunjukkan bahwa identitasnya tidak bisa dikategorikan dengan sederhana.

Meskipun lahir di Chicago, Paus Leo XIV memiliki latar belakang Kreol, tinggal di Peru selama puluhan tahun, dan fasih berbicara setidaknya tiga bahasa. Kombinasi unik ini membuatnya dilihat sebagai warga dunia yang multikultural daripada sebagai orang Amerika pada umumnya.

Kardinal Odilo Scherer dari Brasil bahkan menyatakan, “Beliau lebih Peru daripada Amerika.” Media Vatikan pun menggambarkannya bukan sebagai paus pertama dari Amerika Serikat, melainkan paus kedua “dari Benua Amerika” setelah Paus Fransiskus dari Argentina.

Setelah terpilih, para ahli genealogi menemukan catatan yang menunjukkan bahwa kakek-nenek Paus Leo XIV mungkin berasal dari Haiti, Republik Dominika, dan Prancis, semakin memperkuat identitasnya yang beragam.

Aspek Identitas Detail
Kewarganegaraan Amerika Serikat dan Peru (dwi kewarganegaraan)
Warisan Keluarga Kreol (Haiti, Republik Dominika, Prancis)
Bahasa Inggris, Spanyol, Italia, dan lainnya
Pengalaman Pastoral Lebih dari 20 tahun di Peru, 12 tahun memimpin Ordo Agustinian

Kelegaan global dan harapan untuk kepemimpinan yang inklusif

Saat Presiden Trump telah mengisolasi Amerika Serikat dari sekutu diplomatik dan mitra dagangnya, banyak yang mengkhawatirkan bahwa paus Amerika mungkin akan membawa Gereja Katolik Roma lebih dekat dengan pemerintahan Amerika yang bergejolak. Namun, Paus Leo XIV tampaknya akan melanjutkan pendirian tegas untuk perdamaian dan keadilan seperti pendahulunya.

Araceli Torres Hallal, pengusaha Katolik berusia 64 tahun dari Meksiko, mengungkapkan kelegaannya ketika mengetahui bahwa paus baru bukanlah “orang Amerika murni.” Dia menyatakan, “Kami merasa terancam oleh mereka. Jadi itu akan menjadi bencana total jika paus adalah orang Amerika seutuhnya.”

Berikut beberapa hal yang membuat umat Katolik di berbagai negara merasa optimis dengan kepemimpinan Paus Leo XIV:

  • Pengalaman ekstensifnya sebagai misionaris di Peru dengan Ordo Santo Agustinus
  • Pengabdiannya selama 12 tahun memimpin ordo tersebut di seluruh dunia
  • Kepekaan pastoralnya terhadap kebutuhan orang miskin dan rentan
  • Pendiriannya yang jelas menentang kebijakan anti-migran
  • Kemampuannya berkomunikasi dalam berbagai bahasa

Paus Amerika pertama dilihat sebagai sosok yang hampir tidak Amerika oleh umat Katolik dunia

Reaksi dari berbagai belahan dunia

Di Filipina, meskipun banyak yang berharap Kardinal Luis Antonio Tagle akan menjadi paus Asia pertama, beberapa telah menerima Paus Leo XIV dengan baik. Suster Mary John Mananzan, seorang biarawati Benediktin, terkesan dengan integritas paus baru, terutama setelah mendengar bahwa beliau mengkritik upaya untuk menggunakan ajaran Katolik untuk membenarkan deportasi massal imigran.

Di Afrika, tempat gereja tumbuh lebih cepat daripada di belahan dunia lainnya, Adelaide Ndilu, seorang produser radio Katolik di Kenya, merayakan pemilihan paus baru dengan penuh sukacita. Dia percaya bahwa latar belakang multikultural Paus Leo XIV akan membantunya menavigasi keragaman budaya dan spiritual yang berkembang di antara anggota gereja.

Laurent Stalla-Bourdillon, imam dan teolog dari Keuskupan Paris, mengatakan bahwa tampaknya normal bagi paus Amerika pertama memiliki warisan yang sangat beragam. “Bagi kami, itulah Amerika: campuran, banyak asal-usul, banyak generasi migrasi,” ujarnya.

Namun, beberapa rohaniwan seperti Kardinal Jean-Paul Vesco berpendapat bahwa identitas paling mendasar dari Paus Leo XIV mungkin bukan kewarganegaraan Amerika atau Peru-nya, melainkan identitasnya sebagai anggota Ordo Agustinian sejak usia 17 tahun. Keanggotaan dalam ordo religius ini telah membentuk pandangan duniawinya yang melampaui batas-batas nasional.

jose
Scroll to Top