Pesan “Mass is not a show here” yang terucap dari Gereja Katolik di Charlotte, Carolina Utara, menjadi cerminan penting tentang bagaimana umat Katolik memandang misa sebagai peristiwa sakral, bukan sekadar pertunjukan. Fenomena ini menyoroti bagaimana generasi muda Katolik semakin tertarik pada bentuk liturgi tradisional yang menekankan kekhidmatan dan makna rohani yang mendalam.
Esensi sakral dalam liturgi Katolik tradisional
Di tengah era digital yang serba cepat, banyak pemuda Katolik mencari kekhidmatan dan tradisi dalam bentuk peribadatan mereka. Gereja-gereja di Charlotte yang menawarkan Misa Latin Tradisional (TLM) menjadi magnet bagi kaum muda yang merindukan spiritualitas yang lebih dalam. Salah satu jemaat, Patrick Gallagher, mahasiswa berusia 20 tahun, menyatakan bahwa “Misa bukanlah pertunjukan di sini, kami bahkan telah menurunkan layar TV dari gereja.”
Bagi banyak pemuda, kekhidmatan dalam liturgi menjadi daya tarik utama yang membawa mereka kembali ke gereja. Mereka menemukan bahwa misa tradisional berfokus sepenuhnya pada Kristus, bukan pada imam atau jemaat. Aspek ini menjadi sangat berarti bagi generasi yang dibesarkan di tengah budaya yang sering mengutamakan hiburan dan pertunjukan.
Berikut beberapa elemen liturgi tradisional yang menarik bagi kaum muda:
- Penggunaan dupa dan lilin yang menciptakan suasana sakral
- Altar rail yang memisahkan area kudus
- Pakaian liturgis tradisional seperti kasok dan surplis
- Musik gregorian dan himne klasik
- Bahasa Latin yang memberikan nuansa universal dan historis
Oscar Shingledecker, seorang mahasiswa berusia 21 tahun, menggambarkan Charlotte sebagai “keuskupan yang benar-benar ingin menjunjung tinggi tradisi dan keindahan dalam liturgi.” Pendekatan ini telah membuahkan hasil nyata, dengan jumlah umat Katolik di Keuskupan Charlotte yang hampir dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir, mencapai lebih dari 550.000 orang.
Komunitas muda di sekitar tradisi liturgi
Menariknya, TLM telah menciptakan komunitas pemuda Katolik yang hidup dan berkembang di Charlotte. Augusta Westhoff, berusia 24 tahun, menyaksikan fenomena ini secara langsung. “Ini adalah komunitas Gereja yang sangat muda dan sangat sehat. Ada begitu banyak anak-anak muda, keluarga muda, dan lajang muda, serta juga komunitas yang lebih tua yang semuanya berkumpul untuk Misa,” jelasnya kepada Paus Fransiskus : Pemimpin yang peduli kaum miskin dan mereformasi Gereja Katolik.
Di luar peribadatan, kelompok-kelompok pria, wanita, dan dewasa muda telah berkembang, mengadakan kegiatan sosial seperti jam kudus dilanjutkan dengan berkumpul bersama. Michael Kissam, seorang guru sejarah berusia 24 tahun, menemukan koneksi dengan bentuk Misa kuno ini yang menurutnya sangat bermakna. Sebagai pengajar sejarah, dia menghargai tradisi dan menemukan makna dalam liturgi yang telah berlangsung berabad-abad.
Paroki | Jumlah Keluarga | Rata-rata Peserta TLM | Demografi |
---|---|---|---|
St. Ann | 1.100+ | 350 | Rata-rata usia 29 tahun, mayoritas di bawah 40 tahun |
St. Thomas Aquinas | 3.000 | 300-425 | 15% dewasa muda |
Mencari keseimbangan di tengah perubahan
Meskipun banyak kaum muda merasa tertarik pada TLM, perubahan kebijakan di keuskupan telah menimbulkan tantangan. Setelah Traditionis custodes—motu proprio Paus Fransiskus yang membatasi perayaan Misa Latin—Keuskupan Charlotte telah memindahkan TLM dari empat paroki ke satu kapel pusat yang terletak 30 mil dari pusat kota.
Keputusan ini menghadapkan banyak pemuda Katolik pada pilihan sulit. Gallagher menyatakan, “Saya harus memilih antara pastor saya dan bentuk liturgi yang saya sukai. Ini sangat menyakitkan karena saya senang bisa pergi ke Misa bersama pacar saya dan keluarganya.”
Menariknya, meskipun perubahan kebijakan dimaksudkan untuk mengatasi perpecahan dalam Gereja, banyak pemuda Katolik mengatakan bahwa mereka belum pernah mengalami perpecahan terkait liturgi di antara umat Katolik Charlotte. Sebaliknya, beberapa berpendapat bahwa kebijakan sentralisasi justru dapat menciptakan perpecahan dan isolasi baru.
Tantangan ini menggambarkan ketegangan yang lebih luas dalam Gereja Katolik kontemporer—bagaimana mempertahankan tradisi sambil tetap menjaga persatuan. Bagi banyak pemuda di Charlotte, “Mass is not a show here” bukan sekadar slogan, tetapi ekspresi kerinduan mereka akan ibadah yang berfokus pada yang sakral dan transenden, bukan pada hiburan atau pertunjukan.